Tuesday, April 10, 2007

Buku 1

Biografi H Ibrahim Soelaiman
Dari Keluarga untuk Umat



Pengantar Penulis

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT, buku ini bisa diterbitkan untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang diberikan kepada H Ibrahim Soelaiman diusiannya yang ke-69 tahun ini.

“Dari keluarga untuk ummat” begitu motto yang dipegang sosok pria paruh baya ini. Perjalanan sukses Ibrahim dibilang cukup menarik untuk dijadikan pelajaran dan hikmah bagi pembaca.

Kesuksesan yang ia raih saat ini merupakan bagian dari perjalanan panjang perjuangannya. Buah yang ia petik saat ini, hikmah dari ketekunannya menanam benih-benih di masa lalu. Mulai dari penjual cabe di pasar hingga menjadi pemilik yayasan Ibrasco Mandiri.

Buku ini terbagi menjadi enam bab. Bab pertama menggambarkan masa kecil dan remaja Ibrahim. Ternyata, masa kecil Ibrahim penuh dengan keprihatinan dan perjuangan, kendati ia terlahir dari seorang pedagang besar bernama H Ali bin Soelaiman dan Hj Rafi'ah.

Masa penjajahan Belanda dan Jepang, telah memporakporandakan perekonomian alm H Ali, sehingga keluarganya harus mengungsi ke daerah lain. Tak terkecuali, Ibrahim, diusianya yang masih anak-anak, ia sudah mulai terlatih mencari makanan di pantai.
Bayangkan, ketika pria kelahiran Ambon, 10 Maret 1937 ini masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah terbiasa berjualan cabe dan sagu di pasar untuk membayar SPP di sekolah. Namun ia sosok yang tegar, diusianya yang masih anak-anak ia juga ikut berjuang dengan tentara melawan pemberontak Maluku Selatan hingga sekolahnya terputus beberapa bulan.

Bab dua menggambarkan masa-masa sulit yang dialami Ibrahim. Setelah tamat SD, ia hijrah ke Jakarta dengan menumpangi kapal tentara Batalyon Infantri 352 yang berpusat di Semarang di bawah pimpinan kolonel Slamet Riyadi.
Di Jakarta, Ibrahim melanjutkan sekolahnya hingga masuk Universitas Indonesia (UI), namun ia tidak bisa menyelesaikan belajarnya, pasalnya saat kuliah ia harus memenuhi nafkah untuk istrinya bernama Sa'adah. Bahkan ketika kelahiran anak pertamanya, ia harus menjual sepedanya untuk proses kelahiran sang anak.

Dengan ketekunan Ibrahim mencoba dagang beras di pasar. Tahun demi tahun usahanya berkembang pesat, hingga ia berhasil memborong cengkeh di Ambon untuk dijual kembali ke Jakarta. Bahkan ia berhasil menjalankan bisnis properti, hingga ia memiliki hektaran tanah, baik di Jakarta, Subang, Ambon, Lampung, Malaysia dan Singapura.
Bab tiga bertema sejengkal tanah untuk generasi. Dalam bab ini penulis paparkan bukti dari hasil kerjanya selama ini, di antaranya adalah kepemilikan kontrakan eks-patriat di Jakarta, tempat kos-kosan di Jakarta, hotel di Subang, apartemen di Anyer dan tanah yang diwakafkan untuk pembangunan pondok modern Gontor 9 di Lampung dan selainnya.

Bab empat, bertema dari keluarga untuk umat. Pada bab ini penulis uraikan bentuk pengabdian Ibrahim di bidang sosial keagamaan. Misalnya, ia pernah menjadi Ketua Kelompok Kerja (Pokja) penyelesaian konflik di Ambon, membantu pembangunan masjid di daerah Ambon, mendirikan masjid megah di Ciater, membangun tahfidzil Qur'an gratis, taman kanak-kanak gratis. Bahkan Ibrahim telah menyiapkan makam khusus untuk dirinya dan istrinya di samping masjid As-Sa'adah.

Bab kelima, penulis sajikan beberapa komentar dari sebagian keluarga Ibrahim. Sedangkan pada bab enam, dipaparkan komentar dari beberapa teman dekat Ibrahim.
Sebuah biografi tentulah berupa penuturan. Penulis mencoba menyajikan dengan sederhana, hal ini sesuai dengan harapan Ibrahim agar seluruh bentuk dan uraian ceritanya diungkapkan apa adanya. “Dek Fathur, tolong nulisnya yang biasa saja, tidak usah dilebih-lebihkan, apa adanya,” tuturnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada H Ibrahim Soelaiman telah memberikan kepercayaan untuk menulis buku Biografi ini. Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama penulis menulis buku Biografi dan digarap sendirian.
Tentang judul buku ini, “Dari Keluarga Untuk Umat” sengaja penulis pilih, karena sesuai dengan motto yang ia pegang selama ini. Hal ini terlihat dari kiprah dan perjuangannya dalam syiar Islam selama ini, semua dilakukan dari dana keluarga sendiri.

Terima kasih kepada keluarga dan para sahabatnya yang telah sudi mengisi bagian dari buku ini. Kepada Dr KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (pimpinan pondok modern Gontor), Ust Muhammad Arifin Ilham (pimpinan majelis ad-Dzikra), Letjen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy, SIP (Mantan Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia), Muhammad Noeh Hatumena (Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia), Mahladi selaku editor buku ini dan masih banyak lagi yang tak tertulis di buku ini.

Terima kasih juga kepada istri penulis, Puji Astutik, yang terus memberikan dukungan kepada penulis dan membantu dalam pengetikan buku ini.

Semoga Allah SWT, memberikan rahmat, hidayah dan maunah-Nya kepada kita, Amin ya Rabbal 'Alamien.

Jakarta, 01 Maret 2006
Fathurroji NK

1 comment:

Anonymous said...

Mohon ijin bertanya, apakah bpk haji Ibrahim Soelaiman msh hidup? Syukron🙏🏻