Refleksi DR HM Bhakty Kasry
Memadukan Bisnis dan Dakwah
Pengantar Penulis
Nada dering ayat al-Qur’an surah ar-Rahman terdengar dari telepon seluler di atas meja pemilik PT Pandu Siwi Sentosa, DR HM Bhakty Kasry. Tiba-tiba, dengan suara lantang, “Iyyakana’budu wa iyyakanasta’in, kau jangan minta tolong ke aku, mintalah tolong kepada Allah. Kau sekarang ada di Makkah perbanyaklah doa mohon ampunan Allah dan minta pertolongannya…”
Demikian penggalan kalimat-kalimat yang meluncur dari Bhakty Kasry saat menjawab telepon dari salah satu karyawannya di Makkah. Bhakty bukanlah seorang mubaligh namun untaian kalimatnya kerap dibarengi dengan ayat-ayat al-Qur’an atau hadis saat memberikan pengarahan kepada karyawannya.
Kebiasaan memberikan mutiara hikmah ini berlangsung setelah Bhakty ditinggal ketiga orang yang dicintainya, Bapak, Ibu dan Putranya. Sejak itulah ia aktif mengikuti pengajian dan dekat dengan para ustad. Bahkan sekarang, Bhakty merupakan sosok pengusaha yang peduli terhadap kegiatan syiar Islam.
Berangkat dari kenyataan yang ada, penulis memberi judul buku ini, “DR H Muhammad Bhakty Kasry : Memadukan Bisnis dan Dakwah, Refleksi Menjelang 15 Tahun PT Pandu Siwi Sentosa”. Alasannya, karena Bhakty selalu berupaya menjadikan setiap pekerjaannya adalah bagian dari ibadah kepada Allah.
Perjalanan karir Bhakty dibilang cukup menarik untuk dijadikan pelajaran dan hikmah bagi pembaca. Kesuksesan yang ia raih saat ini merupakan bagian dari perjalanan panjang perjuangannya. Buah yang ia petik saat ini, hikmah dari ketekunannya menanam benih-benih di masa lalu. Mulai dari seorang Sales hingga menjadi pemilik perusahaan besar berbendera PT Pandu Siwi Sentosa.
Buku ini dibagi atas tujuh bab. Bab pertama berjudul Menggapai Mimpi Anak Perkebunan. Pada bab ini, penulis memaparkan pengalaman masa kecil Bhakty dan pergumulannya sebagai anak perkebunan. Gemblengan Kasry sebagai Krani perkebunan kepada Bhakty telah menjadikan sosok Bhakty anak yang ulet, tangguh dan pantang menyerah.
Bab kedua, bertajuk Salesman yang Jadi Pengusaha. Berkat didikan Kasry, Bhakty memulai perjalanan karirnya di Jakarta. Awalnya ia bekerja sebagai salesman di DHL, namun berkat ketekunannya dan semangatnya, ia mendapatkan beberapa penghargaan di DHL, hingga akhirnya ia memberanikan diri mendirikan perusahaan dengan bendera PT Pandu Siwi Sentosa.
Bab ketiga, bertema Menuai Berkah Doa Para Ulama. Kesuksesan Bhakty dalam berkarir tak lepas dari kedekatannya dengan ulama. Pasalnya, selain kegigihannya dalam bekerja, Bhakty juga sering mengundang para ustad untuk acara pengajian di kantornya. Berkat doa-doa para ustad inilah Bhakty merasa ketenangan dalam berbisnis.
Bab keempat, Berbagi Berkah dengan Masyarakat. Apa yang dihasilkan dari usahanya, tidak membuat Bhakty lupa daratan. Ia selalu menyisihkan hartanya untuk kegiatan amal, baik untuk kesejahteraan karyawan, kaum dhuafa, yatim piatu, pembangunan masjid atau sekolah atau untuk korban bencana alam.
Bab kelima, Membina Keluarga Sakinah. Bermula dari pertemuannya dengan Ellin Susemsiati di Taman Islamil Marzuki, hati Bhakty pun tertambat untuk meminangnya. Tiga tahun kemudian, Bhakty menjadikan gadis impiannya sebagai teman hidupnya. Lika-liku sebagai pengusaha yang mempunyai jadwal padat menjadi tantangan tersendiri bagi keberadaan keluarga Bhakty.
Bab keenam dan ketujuh, berisi komentar-komentar dari pihak keluarga dan para sahabat dan orang-orang yang pernah mengenal Bhakty. Di antaranya adalah Tuan guru Mustafa Umar, Habib Muhdor, Ja’far Umar Thalib, ust Tohri Tohir, Chandra Motik, dan lain sebagainya.
Atas terbitnya buku ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada HM Bhakty Kasry sekeluarga yang telah memberikan kepercayaan untuk mengabadikan sepenggal kisah perjalanan hidupnya, terutama dalam berjuang membangun usaha sendiri dan mengembangkannya hingga menjadi besar seperti saat ini.
Terima kasih kepada para sahabatnya yang telah bersedia mengisi beberapa kesan-kesan dalam buku ini, di antaranya adalah HM Hidayat Nur Wahid, Ust Muhammad Arifin Ilham, Johari Zein, Tuan Guru Mustafa Umar dan lainnya.
Begitu juga kepada istri saya tercinta, Puji Astutik yang meski dalam kondisi mengandung delapan bulan (anak pertama), selalu setia membantu meringankan beban penulisan buku ini.Semoga Allah SWT, memberikan rahmat, hidayah dan maunah-Nya kepada kita, Amin ya Rabbal 'Alamien.
Fathurroji NK
Jakarta, 6 September 2006
No comments:
Post a Comment